Kamis, 21 November 2013

MAKALAH KERAJAAN HOLING



BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru.Disamping itu untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca.Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat menggugah para pembaca untuk lebih mencintai sejarah dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada.
B.Tujuan
          Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai terbentuknya Kerajaan Holing, situasi,aspek kehidupan, sebab-sebab keruntuhan, serta peninggalan-peninggalan kerajaan Holing ini.Selain itu makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru.
C.Rumusan Masalah
1.      Terbentuknya Kerajaan Holing?
2.      Bagaimana situasi Kerajaan Holing?
3.      Bagaimana aspek kehidupan pemerintahan kerajaan Holing?
4.      Apa sebab keruntuhan Kerajaan Holing?
5.      Apa saja peninggalan Kerajaan Holing?










BAB II
PEMBAHASAN


1.TERBENTUKNYA KERAJAAN HOLING
Kerajaan Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) merupakan salah satu Kerajaan bercorak budha di Indonesia.Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
AWAL TERBENTUKNYA
Ada 2 penafsiran tentang awal terbentuknya kerajaan Holing,yaitu :
1.) Hipotesis Tentang Kerajaan Mandala Holing
Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa di Simangambat terdapat reruntuhan Candi Siwa (Hindu) dari abad ke-8. Candi tersebut jauh lebih tua dari candi-candi di Portibi (Padang Lawas) yang menurut perkiraan para pakar dibangun pada abad ke-11. Dengan adanya candi ini bisa menimbulkan pertanyaan mengapa dan kapan ummat Hindu yang selanjutnya saya sebut orang Hindu dari India datang ke Mandailing yang terletak di Sumatera yang mereka namakan Swarna Dwipa (Pulau Emas).

Besar kemungkinan orang Hindu datang ke Mandailing yang terletak di Swarna Dwipa adlah untuk mencari emas. Dalam sejarah Ind
ia, terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa sekitar abad pertama Masehi pasokan emas ke India yang didatangi dari Asia Tengan terhenti. Karena di Asia Tengan terjadi berbagai peperangan.Oleh karena itu kerajaan-kerajaan yang terdapat di India berusaha mendapatkan emas dari tempat lain yaitu dari Sumatera/Swarna Dwipa. Dalam hubungan ini kita mengerti bahwa di wilayah Mandailing yang pada masa lalu hingga kini di dalamnya termasuk kawasan Pasaman terdapat banyak emas. Bukti-bukti mengenai hal ini banyak sekali. Jadi besar sekali kemungkinan bahwa tempat yang dituju oleh orang Hindu dari India untuk mencari emas di Swarna Dwipa adalah daerah Mandailing. Pada masa daerah ini belum bernama Mandailing. Entah apa namanya kita tidak mengetahui.

Orang Hindu yang datang ke wilayah Mandailing adalah yang berasal dari negeri atau Kerajaan Kalingga di India. Oleh karena itu mereka disebut orang Holing atau orang Koling. Ada kemungkinan mereka masuk darri daerah Singkuang. Karena Singkuang yang merupakan tempat bermuaranya Sungai Batang Gadis cukup terkenal sebagai pelabuhan. Itulah sebabnya tempat tersebut dinamakan Singkuan oleh pedagang Cina yang berarti harapan bar
u. Karena melalui pelabuhan ini mereka biasa memperoleh berbagai barang dagangan yang penting yang berasal dari Sumatera seperti damar, gitan, gading dsb.

Menurut dugaan setelah orang Holing/Koling tiba di Singkuang, selanjutnya mereka menyusuri Sungai Batang Gadis ke arah hulunya. Dengan demikian maka akhirnya mereka sampai di satu dataran rendah yang subur yaitu di kawasan Mandailing Godang yang sekarang. Sejak zaman pra sejarah di kawasan tersebut dan di berbagai tempat di Mandailing sudah terdapat penduduk pribumi. Hal ini dibuktikan oleh adanya peninggalan dari zaman pra sejarah berupa lumpang-lumpang batu besar di tengah hutan di sekitar Desa Runding di seberang Sungai Batang Gadis dan bukti-bukti lainnya di berbagai tempat.

Pada waktu orang Holing/Koling sampai di kawasan Mandailing Godang (waktu itu kita tidak tahu nama kawasan ini) maka mereka bertemu dengan penduduk pribumi setempat. Penamaan orang Holing/Koling digunakan untuk menyebutkan orang Hindu yang berasal dari Negeri Kalingga tersebut dibuat oleh penduduk pribumi. Setibanya di wilayah Mandailing, orang-orang Holing/Koling tersebut menemukan apa yang mereka cari yaitu emas. Kita mengetahui melalui sejarah bahwa emas tercatat sebagai salah satu modal utama dalam berdirinya kerajaan-kerajaan besar dan emas juga merupakan sumber kemakmuran. Setelah orang-orang Hindu menemukan banyak emas di kawasan Mandailing yang sekarang ini, mereka kemudian menetap di kawasan tersebut. Karena orang-orang Holing/Koling menetap di kawasan itu maka dinamakan Mandala Holing/Koling. Mandala artinya lingkungan atau kawasan. Mandala Holing/Koling berarti lingkungan atau kawasan tempat tinggal orang-orang Holing/Koling. Sampai sekarang kita sering mendengar disebut-sebut adanya Banua Holing/Koling. Tetapi orang-orang tidak mengetahui dimana tempat yang dinamakan Banua Holing/Koling itu.

Berdasarkan hipotesis ini kita dapat mengatakan bahwa yang disebut Banua Holing/Koling itu adalah wilayah Mandailing yang dahulu ditempati oleh orang-orang Holing/Koling. Dengan kata lain Banua Holing/Koling adalah Mandala Holing/Koling. Berabad-abad kemudian Mandalan Holing/Koling dikenal sebagai Kerajaan Holing. Dalam hubungan ini Slamet Mulyana (1979:59) mengemukakan bahwa hubungan dagang dan diplomat antara Cina dan Jawa berlangsung mulai dari berdirinya Kerajaan Holing pada permulaan abad ke-7 sampai runtuhnya Kerajaan Majapahit pada permulaan abad ke-16. Sejalan dengan keterangan Slamer Mulyana ini kita dapat melihat hubungan antara Kerajaan Holing dengan adanya Candi Siwa Di Simangambat yang dibangunkan pada abad ke-8. Dalam hubungan ini dapat pula dikemukan bahwa dari berbagai catatan sejarah disebut-sebut adanya Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Holing. Tetapi sampai sekarang para sejarah belum menentukan dimana sebenarnya lokasinya yang pasti. Ada pakar sejarah yang menduga bahwa Kerajaan Kalingga terletak di Jawa Timur tetapi Kerajaan Holing yang disebut-sebut dalam catatan Cina tidak diketahui lokasinya yang pasti. Dan dapat pula dipertanyakan apakah Kerajaan Kalingga adalah yang disebut juga sebagai Kerajaan Holing.

Dengan argumentasi yang telah dikemukan di atas, kita mengajukan dugaan (hipotesis) bahwa yang disebut Kerajaan Holing itu dahulu terletak di wilayah Mandailing yang juga disebut sebagai Kerajaan Mandala Holing/Koling. Kiranya cukup beralasan untuk menduga bahwa nama Mandahiling (Mandailing) yang disebut oleh Mpu Prapanca dalam Kitan Negarakertagama pada abad ke-14 berasal dari nama Mandalaholing yang kemudian mengalami perubahan penyebutan menjadi Mandahiling dan akhirnya kini menjadi Mandailing. Untuk membuktikan kebenaran dugaan atau hipotesis ini tentu masih perlu dilakukan penelitian. Dan ini merupakan tantangan bagi orang Mandailing yang berkedudukan sebagai pakar sejarah.

Diperkiranya orang-orang Hindu menetap di Kerajaan Mandalaholing (Kerajaan Holing/ Banua Holing) yang kaya dengan emas berabad-abad lamanya. Yaitu sejak mereka datang pertama kali pada abad-abad pertama Masehi. Sampai abad ke-13 orang-orang Hindu masih ada yang menetap di Mandailing yang sekarang ini. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya cukup banyak peninggalan Hindu/Buddha di wilayah Mandailing. Salah satu diantaranya adalah tiang batu di Gunung Sorik Merapi yang bertarikh abad ke-13 di kawasan Mandailing Godang (Pidoli) terdapat lokasi persawahan yang bernama Saba Biara. Yang disebut biara atau vihara adalah tempat orang-orang Hindu-Buddha melakukan kegiatan keagamaan. Pada waktu saya berkunjung ke tempat yang bernama Saba Biara itu beberapa tahun yang lalu, pada jalan masuk ke lokasi tersebut saya melihat di 5 (Lima) tempat adanya batu bata yang tersusun dalam lubang tanah yang dalamnya kurang lebih 2 (Dua) meter. Kemungkinan sekali batu bata yang tersusun itu adalah reruntuhan candi dari zaman dahulu.

Susunan batu bata tersebut ada yang terletak pada gundukan tanah. Ketika orang-orang yang pulang dari sawah saya tanyakan apakan susunan batu bata seperti yang berada pada gundukan tanah itu ada terdapat di tengah persawahan, mereka mengatakan bahwa semua pulau-pulau (gundukan tanah) yang banyak terdapat di tengah persawahan adalah tumpukan atau susunan batu bata di bawahnya. Oleh karena itu besar sekali kemungkinan bahwa di lokasi yang bernama Saba Biara di Pidoli adalah reruntuhan puluhan candi peninggalan kerajaan Hindu/Buddha (Kerajaan Mandalaholing). Untuk membuktikannya perlu dilakukan eskavasi (penggalian)
2.) Apabila melihat dari namanya, Kerajaan Kalingga
/Holing kemungkinan didirikan oleh sekelompok orang India yang mengungsi dari sebelah timur India ke Nusantara. Dugaan ini didasarkan pada laporan tentang penghancuran daerah Kalingga di India Raja Harsja. Orang Kalingga yang tersisa melarikan keluar negeri.

LETAKGEOGRAFIS
Berita Cina berasal dari Dinasti T'ang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.
J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah Keling.



2.SITUASI KERAJAAN HOLING

Adapun keadaan kerajaan  di Holing dalam jaman itu yang dikabarkan oleh orang Tiong Hoa  ialah bahwa kota dikelilingi dengan pagar kayu ; rajanya beristana dirumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap;tempat duduk sang raja adalah Peterana gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal ilmu perbintangan yang sangat tampak bagi orang tiong hoa adalah orang kaling (jawa) makan tidak makan dengan sendok atau cukit melainkan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibuat adalah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (Toak). Dikatakan pula, bahwa tahun 640 atau 648 Masehi kerajaan jawa mengirimkan utusan ke negeri tiong hoa begitu pula dalam tahun 666. sesudah utusan jawa ke negeri tiongkok yang kedua kalinya itu dikatakan bahwa tanah jawa diperintah oleh raja perempuan yakni dalam tahun 674-675 Masehi. Adapun raja perempuan itu Shima, dan memegang pemerintahan negerinya dengan keras.

3.ASPEK KEHIDUPAN PEMERINTAHAN KERAJAAN HOLING

A)    Kehidupan Politik
    Berdasarkan berita cina di sebutkan bahwa kerajaan kalingga / holing di perintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras namun adil dan bijaksana. Kepada setiap pelanggar, Ratu Sima selalu memberikan sanksi yang tegas. Rakyat tunduk dan patuh terhadap segala perintah Ratu Sima bahkan tidak seorang pun rakyat maupun pejabat kerajaan yang melanggar segala perintahnya. 

B)    Kehidupan Ekonomi
    Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan kalingga / holing berkembang pesat. Masyarakat kerajaan kalingga telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang di sebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan dengan teratur. Selain itu, kegiatan ekonomi masyarakat lainnya, di antaranya bercocok tanam, menghasilkan kulit, penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat garam. Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di Holing tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat Holing memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat Holing telah mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.

C)    Kehidupan Agama
     Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing mayoritas beragama Budha.
Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa Cina. 


4.PENYEBAB  RUNTUHNYA KERAJAAN HOLING

Sepertinya kerajaan ini tidaklah hancur/runtuh tetapi Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu.


5.PENINGGALAN KERAJAAN HOLING

Peninggalan Kerajaan Holing diantaranya adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Menurut para sejarahwan candi dieng dibangun pada abad ke-7 Masehi. Perintah membangun candi diberikan oleh Ratu Sima dari Dinasti Sanjaya yang memerintah Kerajaan
Holing. Tujuannya sebagai tempat pemujaan. Ratu Sima juga mendirikan beberapa candi lain di kawasan Dieng, seperti Candi Gatotkaca di bukit Pangonan, Candi Dwarawati di kaki Gunung Prahu, dan Candi Bima yang merupakan candi terbesar di Dieng. Candi-candi yang berada di luar kompleks tersebut pada umumnya terletak menyendiri dan dikelilingi pepohonan.










BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Holing adalah sebuah kerajaan yang berpusat diJawa Tengah, Indonesia, yang berdiri sekitar abad ke-6 masehi . Kerajaan Holing adalah kerajaan yang bercorak Budha. Kerajaan ini diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Sima.Situasi Kerajaan Holing yaitu :
1.dikelilingi dengan pagar kayu
2.rajanya beristana dirumah yang bertingkat  yang ditutup dengan atap
3. tempat duduk sang raja adalah Peterana gading
4.Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal ilmu perbintangan
5. yang sangat  tampak bagi orang tiong hoa adalah orang kaling (jawa) makan tidak makan dengan sendok atau cukit melainkan jarinya saja
6. Minuman kerasnya yang dibuat adalah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (Toak)

Aspek kehidupan pemerintahannya yaitu :
1.Kehidupan politik
2.Kehidupan Agama
3.Kehidupan Ekonomi

Kerajaan ini mengalami keruntuhan setelah Ratu Sima meninggal.Peninggalannya adalah prasati Tukmas,candi Dieng, Candi Gatotkaca di bukit Pangonan, Candi Dwarawati di kaki Gunung Prahu, dan Candi Bima yang merupakan candi terbesar di Dieng.

B.Saran
Semoga makalah tersebut dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.Selain itu kita bisa mengetahui lebih dalam tentang kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia khususnya kerajaan Holing.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga peninggalan-peninggalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar